MENASEHATI DIRI SENDIRI MENURUT ISLAM
Gambar by google |
|
Berbicara tentang nasihat, aku melihat diri
ini tak pantas untuk memberikannya karena orang yang tak memiliki cahaya tidak
mungkin dijadikan alat penerang oleh yang lainnya, bagaimana bayangan akan
lurus bila kayunya saja bengkok, dan bagaimana akan menasehati jika si penulis
ini adalah orang yang belum tentu mampu menjalankan atau melakukan apa yang
dikatakannya sendiri, disini penulis akan mencoba menuliskan sebuah tulisan
tentang “ Menasehati Diri Sendiri” .
Pengertian nasihat dalam Islam adalah suatu
cara yang bertujuan untuk mengingatkan seseorang bahwa segala macam bentuk
perbuatan pasti ada sanksi serta akibatnya.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. 99:7)
Secara terminologi nasehat berarti melarang,
memerintah atau menganjurkan suatu hal tertentu yang juga disertai dalil
motivasi dan ancaman.
Nasehat terbaik ada 4 :
1. Pemberi nasehat yang bicara adalah
al-Qur’an karena didalamnya terdapat petunjuk yang tidak ada keraguan
samasekali didalamnya, al-Qur’an adalah merupakan pemberi nasihat yang
berbicara tentang semua aspek kehidupan dan juru nasehat yang tidak ada
keraguan sama sekali didalamnya,serta merupakan kalam Allah yang diturunkan
tanpa ada kebatilan didalamnya dalam segi apapun dan dimanapun.
Allah SUBHANAHU WA TA’ALA,
Berfirman, “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.
(Al-Huud: 15-16)
Al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu `Abbas
mengenai ayat ini, bahwa orang-orang suka berbuat riya’ (pamer), akan
didatangkan kepada mereka kebaikan mereka di dunia. Dan dengan demikian itu
mereka tidak didhalimi sedikit pun. Allah berfirman:
“Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku
jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan
kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”
(Al-Huud : 34)
2. pemberi nasihat yang baik itu adalah
As-Sunnah karena Sunnah adalah perkataan Nabi Muhammad yang dibimbing oleh
tuhan pencipta alam semesta, tuhan yang maha mengetahui lagi maha menunjukkan ,
sunnah juga merupakan tindakan Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam yang
menjadi suri teladan bagi kita semua, akhlaqul karimah yang dicontohkan nabi
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam adalah nasihat bagi kita,
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda
: “Agama itu adalah nasihat.” Orang-orang bertanya, “Kepada siapa?” Nabi
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam, menjawab, “Kepada Allah dan Kitab-Nya dan
kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin Muslim dan rakyat biasa.”
[Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda Nabi Shallahu ‘alaihi
wassalam,. “saya melihat dimalam Isra’ku orang laki laki yang
lidahnya dipotong dengan dengan alat potong yang terbuat dari api neraka, lalu
aku bertanya , “ ya Jibril “ siapakah mereka ?” Jibril menjawab’ mereka adalah
khotib khotib dari umatmu wahai Muhammad , mereka menyerukan kebaikan kepada
manusia dan mereka melupakan dirinya ( tidak mengerjakan apa yang diserukanya
tentang kebaikan , tidak mengamalkannya ) padaha;l mereka berpegang , berdalil
pada al-kitab , apakah mereka tidak berakal budi ?”
( HR. Imam Ahmad )
Memahami hadist diatas bahwasanya ketika kita
menasehati orang lain sebenarnya kita telah menasehati dirinya sendiri dan jika
tidak mengamalkannya sesungguhnya dirinya sendiri yang paling bertanggung jawab
atas nasehat itu.
3. Sebaik baiknya nasihat adalah kematian
karena dengan menginggat kematian maka bagi orang yang percaya akan adanya hari
dibangkitkan akan mempersiapkan bekal untuk mati, semua yang bernyawa pasti
akan mengalami kematian, dan tak akan ada yang mengetahui kapan kematian
itu akan datang, mati bisa menjemput siapa saja tidak memandang tua, yang
mudapun tak akan lepas dari takdir kematiannya, tidak hanya yang sakit orang
yang sehat pun bisa seketika ditumbangkan oleh kematian, hendaklah kematian itu
menjadi pengingat bagi yang hidup, oleh karenannya kita dinasehati untuk banyak
menginggat mati
Dari Ibnu Umar RA berkata “Aku pernah
bersama Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu seorang anshor mendatangi
beliau baginda Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam, ia memberi salam dan
bertanya pada Nabi; wahai Rasullullah mukmin manakah yang paling baik ?, beliau
bersabda; yang paling baik akhlaqnya, lalu orang anshor itu bertanya lagi;
mukmin manakah yang paling cerdas?, beliau bersabda; yang paling banyak
menginggat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam
berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas .”
( HR. Ibnu Majjah no. 4259., ini merupakan Hadist hasan menurut
Syaikh Al Albani )
5. Sebaik baiknya nasihat adalah menasehati
diri sendiri.Didalam menjalani hidup ini tentunya setiap manusia tidak akan
luput dari kesalahan kesalahan yang pernah diperbuat dimasa yang sudah
dilewatinya dan tentunya itu adalah suatu hal yang sudah terjadi karena manusia
adalaah tempatnya lupa dan berbuat kesalahan, akan tetapi jika selalu
mengulangi kesalahan yang sama tanpa ada upaya untuk memperbaikinya maka
sungguh jika dalam keadaan seperti itu ia akan sangat merugi, ingatlah apapun kesalahan
yang kamu perbuat dimasa yang lampau, semua akan berlalu dan jika kamu ingin
menjadi orang yang tidak merugi maka segeralah bertaubat dan memperbaiki diri
kita sesuai petunjuk dari tuhan yang maha memberikan petunjuk yang diberikan
kita, sehingga perbuatan kita akan menjadi berkah dan rahmat bagi orang yang
ada disekitar kita, ingat ketika seseorang sudah memperbaiki dirinya jagan
pernah merasa sudah lebih baik dari dirinya sebab seseorang yang memuji dirinya
sendiri, maka akan hilang kemulyaan yang dimilikinya, sesekali cobalah untuk
tidak menjadi orang sukses buat diri sendiri, tapi berusahalah untuk menjadi
orang yang bernilai bagi orang lain, jangan pernah mengeluh ketika kehidupan
dilanda musibah, karena dengan musibah tersebut kita bisa belajar yang namanya
kuat dalam menghadapi cobaan, karena sebuah harapan yang optimis itu akan
menguatkan untuk terus meningkatkan kebaikan kebaikan, jangan pernah berputus
asa ketika kita dalam keadaan terpuruk, karena kita tidak akan pernah akan
mendapat hal yang akan kita gapai dihari esok, sesulit apapun masalah yang kita
hadapi cobalah untuk selalu sabar dalam menghadapinya, karena dengan kesabaran
dan berdoa maka dibalik kesulitan itu ada kemudahan kemudahan, dan yang
terakhir jangan kamu menilai orang lain sebelum kamu menilai seperti apa dirimu
sendiri, karena tidak semua yang kita lihat itu benar adanya dan tidak semua
yang kita sangkakan itu benar semuanya karena belum tentu dimata tuhan kita
lebih baik daripada orang yang kita sangka tersebut, Salah satu hak orang Islam
satu dengan yang lainnya adalah hendaklah saling menasehati dalam kebaikan jika
saudara kita melakukan kesalahan nasehatilah dia dan janganlah kalian mencela
dia atas perbuatannya, hendaklah nasihat itu dengan lembut dan dengan kata yang
menyejukkan penuh hikmah , hendaklah seorang muslim berhati hati jangan sampai
ketika menasehati menyinggung hatinya orang yang diberi nasihat, karena segala
prasangka adalah seburuk-buruknya pembicaraan .
“ Jadilah baik
tanpa harus menjelekkan , Jadilah benar tanpa harus menyalahkan, dan lakukanlah
kebaikan dengan terus berbuat baik”
Segala puji hanya tercurahkan pada Allah Subhanahu
wa ta’ala dengan pujian diawal dan diakhir, secara batin dan secara
dhohir, tiada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu
wa ta’ala yang maha tinggi dan maha agung, semoga Alllah Subhanahu
wa ta’ala senantiasa membimbing kita melimpahkan rahmat taufiq dan
hidayahnya kepada kita Amin.
Maka, barang siapa menghisab dirinya sebelum
mengalami penghisaban, kelak pada kiamat hisabnya akan diringankan. Juga akan
diberikan jawaban atas setiap ajuan pertanyaan, dan amatlah baik tempat
kembalinya. Dan barangsiapa tidak pernah menghisab dirinya, ia akan sangat
menyesal, dan kelak pada hari kiamat akan terus menunggu. Kesalahannya juga
akan menyeretnya pada kehinaan dan murka Allah.”
Tidak heran jika
Sayyidina Umar pernah berkata, “Hisablah dirimu sebelum dirimu dihisab.”
Secara psikologis, ketika seseorang melakukan
evaluasi terhadap amal perbuatannya yang telah berlalu, maka akan timbul rasa
malu, menyesal dan merugi, jika yang dilakukan adalah keburukan, kemaksiatan.
Apabila hal itu dilakukan secara terus menerus, kemudian diikuti dengan langkah
memperbanyak diri hadir dalam majelis dzikir dan majelis ilmu, sudah tentu,
akan hadir keriangan di dalam hati, sehingga bukan lagi perkara sulit bagi diri
untuk menjalankan beragam ketaatan yang Allah perintahkan. Sholat tidak lagi
menjadi beban, tetapi kebutuhan hati yang menenangkan dan menyeimbangkan diri
di dalam menyikapi segala macam dinamika kehidupan.(mth234)
Tidak ada komentar