KEKUATAN SABAR DAN TAWAKAL DALAM MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN
Foto by Google |
Firman Allah SWT:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم
بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ
قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan dengan suatu ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu
orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah
155-156).
Tempat bagi manusia
menjalani berbagai macam ujian dan cobaan dari Allah SWT. Sebagai orang yang
beriman kepada-Nya, kita pun diperintahkan untuk senantiasa bersabar dan
bertawakal selama menjalani ujian-ujian tersebut karena dengan kesabaran dan
tawakal seluruh ujian atau cobaan dan musibah tersebut bisa dilalui dengan
baik, membawa kebaikan, dan keberkahan. Pada dasarnya Allah telah memberi ujian
dan cobaan di setiap hambanya sesuai porsinya masing-masing. Ujian dan cobaan
yang diberikan oleh Allah di tiap manusia berbeda-beda.
Manusia harus berani
menghadapi kesulitan dan tetap tabah dalam menghadapi cobaan dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Orang yang bersabar mencerminkan nilai keimanan yang
kuat. Kedudukan sabar dalam iman bagaikan kepala pada jasad dan tidak ada
keimanan tanpa sabar sebagaimana jasa tidak akan berfungsi tanpa kepala.
Kesabaran tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi ia harus diusahakan dan
dibiasakan agar menjadi sifat utama diri. Di sinilah dibutuhkan pengorbanan
melawan keinginan hati dan perjuangan menahan nafsu diri.
Sementara itu, tawakal
merupakan pelengkap sejati sifat sabar. Tawakal merupakan kerja hati
memasrahkan seluruh ujian dan cobaan kepada kehendak-Nya. Tawakal berkaitan
erat dengan keridaan kita menjadikan Allah sebagai pelindung dalam kehidupan.
Kehadiran tawakal dalam diri akan menghadirkan kemudahan mengatasi persoalan.
Karena kita benar-benar mengharap pertolongan dan kemudahan hanya dari Allah SWT.
Tersebutlah sebuah
cerita kisah Nabi, yaitu Nabi Ayub. Nabi Ayub merupakan seseorang yang sangat
kaya. Nabi Ayub memiliki hewan ternak, budak, dan juga tanah. Nabi Ayub juga
dikaruniai seorang istri dan anak-anak yang baik dan sholelah. Namun pada suatu
ketika, atas ijin Allah kawanan Iblis menghancurkan dan meluluh lantahkan
kekayaan Nabi Ayub. Hewan-hewan ternak mati satu persatu sehingga habis
tak tersisa, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang
rusak menjadi kering dan rumah yang terbakar habis dimakan api. Dalam waktu
yang sangat singkat Nabi Ayub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi miskin tidak
memiliki apapun selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang
sabar dan tawakal.
Ujian demi ujian terus
menimpanya, dimulai dari anak-anaknya yang meninggal, hartanya habis tak
bersisa, ternaknya binasa, sampai ia sendiri terkena penyakit yang sangat sulit
disembuhkan. Seluruh badannya digerogoti, kecuali lisan yang ia gunakan untuk
berzikir. Hari-hari berlalu, kerabat dan sanak saudara mulai meninggalkan Nabi
Ayub. Tinggalah seorang istri setia yang menemani dan mengurus semua keperluan
Nabi Ayub. Penyakit Nabi Ayub semakin lama semakin parah. Sekalipun demikian,
Nabi Ayub tetap tabah dan menerimanya sebagai cobaan dari Allah swt.
Keimanannya kepada Allah swt tidak berkurang sedikitpun, justru beliau semakin
rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Penyakit Nabi
Ayub sangat parah sehingga ia hanya dapat berbaring. Semakin lama kondisinya
semakin memburuk. Penyakit ini ia derita sudah 18 tahun. Selama beliau
sakit, seluruh penduduk disekitarnya mengasingkan dirinya. Hanya istrinya
yang mengurus segala keperluan Nabi Ayub. Namun, iblis selalu menghasut istri
Nabi Ayub yang bernama Rahmah. Iblis membisikkan kebencian ke dalam hati istri
Nabi Ayub. Pada suatu hari, istri Nabi Ayub mengatakan hal-hal yang
menyakiti Nabi ayub. Nabi Ayub pun sangat sedih. Ia bersumpah apabila ia
sembuh kelak, ia akan memukul istrinya sebanyak 100 kali. Pada saat kondisi
Nabi Ayub semakin lemah, Allah menurunkan wahyu kepadanya, “Hentakkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”
Nabi Ayub menghentakkan kakinya ke tanah sehingga air keluar. Air tersebut digunakan untuk mandi dan minum Nabi Ayub. Tidak lama kemudian, tubuh Nabi Ayub kembali sehat. Bahkan. Ia lebih sehat dan kuat dibanding sebelumnya. Setelah sembuh, istri Nabi Ayub kembali kepada suaminya Nabi Ayub teringat dengan sumpahnya. Namun, ia tidak sampai hati memukul istrinya. Nabi Ayub mengalami kebingungan akan sumpahnya, ia tidak dapat memenuhi sumpahnya. Akhirnya turunlah perintah Allah agar Nabi Ayub melaksanakan sumpahnya. Ia diperintah memukul istrinya menggunakan 100 helai rumput yang diikat.
Dari cerita Nabi Ayub
tersebut tersadar ada tiga macam ujian yang dihadapi manusia di dunia ini,
yaitu ujian kesulitan, kesenangan, dan kesalahan. Ujian kesulitan dapat muncul
dalam bentuk kekurangan harta, kelaparan, penyakit, dan musibah-musibah
lainnya. Sementara, ujian kesenangan dapat berupa harta yang banyak, istri yang
cantik, dan kedudukan sosial yang tinggi. Di antara ketiga ujian itu, ujian
kesulitan adalah yang paling ringan, karena ujian tersebut tidak hanya dialami
oleh orang-orang beriman, tetapi juga orang kafir. Banyak manusia yang berhasil
menjalani ujian kesulitan dengan baik meskipun mereka tidak beriman kepada
Allah SWT. Akan tetapi sedikit sekali orang beriman dan orang kafir yang mampu
melewati ujian kesalahan, hal tersebut disebabkan tidak adanya petunjuk yang
mereka dapatkan dari Allah SWT. Akibatnya, mereka terus mengulangi kesalahan
dan dosa yang sama dari waktu ke waktu. Tidak sedikit manusia yang terlena oleh
berbagai kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka pun lupa akan
patuh kepada Allah SWT.
Dalam menghadapi
berbagai ujian tersebut, ada beberapa sikap yang harus dilakukan seorang
mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang
pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera mengucapkan innaa lillaahi wainnaa
ilaihi rajiuun setiap kali mendapat musibah. Sikap selanjutnya adalah bertawakal
kepada Allah. Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat
pertolongan Allah.
Ada hal yang kita
perhatikan saat bertawakal. Pertama, jangan menyandarkan hati kepada selain
Allah. Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat menghadapi satu
masalah atau musibah, pertolongan Allah akan semakin jauh dari kita. Kedua,
dalam bertawakal, jangan melakukan ikhtiar dengan mudarat yang lebih besar
daripada manfaat. Seperti menyelesaikan segala urusan dengan cara-cara yang
syar’i, bukan dengan cara yang haram. “Misalnya, ketika seorang istri
menghadapi suatu masalah dengan suaminya, dia dianjurkan untuk melakukan shalat
hajat, meminta pertolongan kepada Allah supaya diberikan jalan keluar yang
terbaik. Bukan malah mencari pelarian dengan curhat atau menceritakan persoalan
rumah tangganya dengan lelaki lain. Terakhir, ketika bertawakal, kita harus
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dari awal hingga berakhirnya urusan.
“Dengan berserah diri kepada Allah, kita akan menjadi tenang sehingga dapat menerima
apa pun hasil ikhtiar dengan lapang dada. Karena itu, jangan setengah-setengah
dalam memasrahkan diri kepada Allah”.
Sebagai orang yang
beriman hendaklah kita bersabar dengan menahan diri dan berlapang hati. Jauhkan
rasa cemas serta was-was yang berlebihan. Kembalikan semua yang kita alami
kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Mengetahui karena kesabaran akan selalu
berujung kebahagiaan, seperti halnya pernyataan Umar bin Al Khaththab “Kami
dapat merasakan kenikmatan dalam hidup ketika kami mampu bersabar”. Sabar
bukanlah suatu sikap yang mudah kita lakukan, tapi juga tidak sulit kita
usahakan. Seringkali bila kita dihadapkan dengan suatu situasi yang sulit kita
mengatakan sudah habis kesabaranku. Padahal kesabaran itu takkan habis dan tak
ada batasnya. Sebagai orang yang beriman hendaknya kita selalu bersikap sabar
dalam segala hal dan saling mengingatkan kepada siapa saja yang lupa dengan
sikap sabar. Tidak ada yang kebetulan, segala sesuatu yang kita alami entah itu
baik atau buruk selalu ada hikmah dibalik semuanya. Selalu ada yang dapat kita
pelajari dari setiap orang yang datang dan pergi di dalam kehidupan kita. Semua
hanya dapat kita pahami, jika kita mau belajar untuk melihat dengan hati yang
lapang dan pikiran yang terbuka. Kombinasi kesabaran dan tawakal senantiasa
hadir dalam diri dan jiwa setiap manusia. Kemudahan dan kesuksesan akan menjadi
capaian terbaiknya, semoga kita semua termasuk orang-orang yang sabar dan
tawakal. Wallahu a’lam bissawab (mth234)
Tidak ada komentar